Friday, 22 November 2013

I Got a Miracle from My God

Prolog
Di Paris terdapat sebuah keluarga sederhana yang bahagia. Suami, istri yang sedang mengandung, 1 putra, 1 putri. Mereka beragama Katolik Roma, yang taat beribadah. Yah itulah keluarga dimana aku akan dilahirkan di dunia ini.

Ketika ibuku melahirkan aku, dokter kandungan yang menangani aku berkata aku punya kelainan jantung dan penyakit kanker. Aku menjalani kemoterapi untuk menyembuhkan kankerku. Setelah menjalani kemoterapi, kanker ini memang berhasil disembuhkan namun kelainan pada jantungku tidak. Kelainan ini dapat menghambat pertumbuhanku, tujuh puluh lima persen aku tidak dapat tumbuh normal. Selamanya aku akan menjadi anak kecil. Detak jantungku ketika aku dilahirkan dibawah bayi normal dan kulitku membiru. Segala upaya dilakukan orang tuaku untuk menyembuhkan aku. Akhirnya, dokter itu pun angkat tangan.
Waktu terus berjalan. Disaat bayi normal bisa berbicara, aku tidak bisa. Setiap hari orang tuaku membawa aku ke dokter anak. Seorang dokter wanita lanjut usia dengan gelar profesor menangani aku. Dokter itu memasukkan ke dalam mulutku sebuah sendok makan dan berkata “Ta... Ta...”. Aku hanya diam dan mataku berketip. Dokter itu melakukan hal yang sama kepadaku setiap harinya. Berbicara tidak bisa, makan nasi pun tidak bisa. Disaat anak lain belajar memakan nasi, mengunyahnya pelan – pelan, aku hanya memakan bubur bayi yang halus setiap hari. Ketika aku memakan nasi, aku selalu muntah. Orang tuaku, dan kedua kakakku sedih melihat hal itu.
Di Paris jarang turun salju di bulan Desember, namun pada tahun itu salju turun di bulan Desember. Ayah pergi bekerja di sebuah kantor pos. Ibu mengajak aku, kak Zephira, dan kak Haundstone pergi ke Bois de Boulogne. Bois de Boulogne  adalah sebuah taman yang indah dimana banyak anak kecil bermain lempar bola salju, membuat boneka salju, es skating, dan sbagainya. Selain itu banyak anak remaja berpacaran disana. Aku dan ibu duduk di sebuah kursi kayu yang berlapiskan sedikit salju dan melihat kedua kakakku yang sedang asyik bermain melempar bola salju.
Masa adven telah tiba, masa dimana umat Katolik menanti kelahiran Sang Juru Selamat. Seperti biasa keluargaku pergi ke gereja. Ibuku berdoa kepada Tuhan di gereja, sebelum ibadah dimulai. Ketika romo berkotbah, ada seorang pria lanjut usia yang duduk di dekat ibuku berkata, “Mengapa ada seorang malaikat sedang memegang anakmu dan memberikan anakmu setangkai bunga mawar yang indah?”. Ibuku pun bingung. Setelah pulang dari gereja, mujizat pun terjadi. Aku mulai bisa berbicara dan dapat memakan nasi. Ketika aku dibawa ke dokter anak itu, dokter itu bingung dan kemudian bertobat. Sejak saat itu, ibuku memberikan aku nama Avengelia dan diletakkan di depan nama Sharon.

Besok harinya kami ke Bois de Boulogne lagi. Kedua kakakku bermain, dan aku hanya melihat kedua kakakku sedang ayik bermain bersama ibuku. “Hai, lihat ada Sinterklas!” kata seorang gadis kecil berambut kepang. “Ho... Ho.. Ho..”. Anak – anak yang bermain, berlarian menuju orang gemuk yang berpakaian sinterklas, termasuk kedua kakakku. Orang itu membawa kantong besar berwarna merah. Wow! Kantong itu penuh dengan coklat dan permen lolipop. Setiap orang yang ada di Bois de Boulogne mendapat satu buah coklat dan satu buah permen lolipop. Melihat kedua kakakku mendapatkannya, aku juga menginginkannya. Aku menarik perlahan – lahan baju ibuku dan memanggil ibuku. Ibuku hanya tersenyum. Sinterklas itu datang menemuiku dan memberikan aku dua permen lolipop. Aku tersenyum dan memegang erat - erat permen lolipopku. Menjelang malam hari, kami pulang ke rumah..
***
Aku tahu cerita masa kecilku ketika aku duduk di kelas 3 SD. Aku bersyukur atas kebaikan Tuhan kepadaku.  Sejak saat itu timbulah cita – citaku untuk menjadi seorang arsitek. Aku ingin menggambar sebuah gereja yang megah, unik, dan bagus. Setelah sketsa itu selesai, aku akan membangunnya. Aku tidak hanya ingin menggambar greja, aku juga ingin menggambar serta membangun sebuah rumah yang bagus untuk orang tuaku.
Keinginanku untuk menjadi seorang desainer menjadi sangat kuat setelah aku dipuji oleh wanita dari negara Singapura. Wanita itu bernama Lee Ying, ia menyukai desainku di salah satu game flash. Lalu aku menambahkan dia menjadi teman facebook ku. Saat aku kelas 5 SD, ia menyarankan aku untuk membuat sebuah website yang berisi desain – desainku di game tersebut. Tanpa berpikir panjang, aku mengikuti sarannya. Aku membuat sebuah blogspot tanpa mencari caranya terlebih dahulu di google.  Akhirnya blogspotku pun jadi. Aku segera memasukkan semua desain – desainku ke dalam blogspot itu. Lalu aku memberikan link blogspotku kepada Lee Ying. Setelah melihat desain – desain yang ku masukkan Lee Ying pun berkata, ”Fantastic!”. Aku pun mengucapkan terima kasih. Kelas 6 SD aku belajar di sekolah tentang cara membuat animasi di website. Pak Wibert nama guruku. Sesampai di rumah, aku langsung mencobanya di blogspotku dan hasilnya memuaskan hati ini.
Setelah aku lulus SD, aku melanjutkan ke SMP katolik terkenal di Paris. Alvon Challverto dan teman – temannya masuk di SMP Katolik itu, namun Violyne tidak. Aku berpisah dengan Violyne. Walaupun kami tidak satu sekolahan lagi, kami masih berhubungan baik sampai sekarang. Alvon Challverto adalah pria pertama yang tinggal dalam hatiku. Sejak aku duduk di kelas 3 SD aku menyukai Alvon Challverto. Namun aku tidak memberi tahunya, aku takut dibilang wanita murahan. Selain itu aku takut melukai perasaan sahabatku, Violyne Demnest. Ketika kelas 3 SD,  Violyne juga menyukai Alvon Challverto. Tanpa disadari ujian negara datang menghampiriku. Dihari yang sama, Alvon menyatakan cintanya kepadaku. Rasanya seperti mimpi Alvon menyatakan cintanya kepadaku. Aku lulus dengan nilai minimum karena aku memikirkan Alvon setiap hari. Namun betapa sakitnya hatiku ketika aku tahu aku hanya sebagai pelampiasan amarahnya. Aku kesulitan untuk melupakan Alvon, cinta pertamaku.  Akhirnya aku dapat melupakannya. Kantor pos dimana ayah bekerja telah mengalami kerugian besar, semua pegawai di PHK. Melihat keadaan ekonomi ini, ayah memutuskan untuk pindah ke Indonesia. Aku melanjutkan pendidikan SMA ku di Indonesia.
***

Aku mengikuti OSPEK selama 2 hari di sekolah baruku. Di hari terakhir para murid baru menjalani OSPEK, kami disuruh meminta tanda tangan semua orang yang kami menemui. Aku bersama Jessica, teman TK ku menuju kak Loreta. Kak Loreta bertanya padaku tentang cita – citaku dan alasan aku memilih cita – cita itu. Aku menjawab, “Cita – citaku menjadi seorang arsitek. Karena aku ingin menggambar dan mendirikan gereja”. Kak Loreta memujiku dan menandatangani kertas yang kuberikan kepadanya. Tiba saatnya pemilihan jurusan. Kak Haundstone melarang aku untuk masuk di jurusan IPA, maka ku pikir daripada nanti terjadi "Perang Dunia ke 3" lebih baik aku turuti saja dan menikmati berjalan waktu. walau ku tak tahu jurusan apa yang akan aku ambil di masa yang akan mendatang. 

No comments:

Post a Comment